Pages

Sabtu, 19 Februari 2011

Soundtrack = Boedjang Lapoek Mentjari Tjinta


Hari ini kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya original soundtrack atau yang lebih mudah disebut soundtrack, atau malah sekedar OST. Soundtrack yang biasa dikenal orang dapat berupa lagu atau instrument/music score yang mendampingi sebuah film/tayangan tv. Bisa juga soundtrack adalah lagu opening atau ending suatu serial televisi.

Acapkali kehadiran soundtrack tidak hanya sekedar mendompleng tayangan. Malah sebaliknya, soundtrack yang baik dapat meningkatkan kesan dari sebuah tayangan. Sebagai contohnya lagu “My Heart Will Go On”-nya Celine Dion yang menjadi soundtrack film Titanic. Film Titanic-nya sendiri memang sudah menarik. Tapi dengan adanya lagu dari Celine Dion tersebut, yang memiliki nada yang memikat, serta lirik yang sesuai dengan nilai rasa film, maka soundtrack ini semakin membuat kesan pada masyarakat.

Selain film atau tayangan televisi, sejumlah buku pun memiliki soundtrack, meskipun tidak umum. Gwe, yang selain menulis juga menyukai musik dan lagu, memandang pentingnya keberadaan soundtrack ini. Soundtrack dapat mengiringi kesan orang dari sebuah cerita. Bukan berarti kalau pas baca buku, orang harus mendengarkan soundtracknya. Tapi bilamana sebuah cerita memiliki lagu dengan tema/lirik yang seiring, tentunya kesan diantara keduanya bakal lebih terasa kompaknya.

Dengan adanya ide ini, Gwe jadi kepengin agar buku “Boedjang Lapoek Mentjari Tjinta” punya soundtrack. Awalnya sih Gwe pengin maen musik dan nyanyi sendiri. Tapi berhubung suara Gwe beda tipis ama teriakan beruang kutub, dan les Keyboard juga baru setahun, maka solusi yang bisa Gwe ambil adalah mengajak artis/musisi untuk menyumbangkan lagu karyanya sebagai pendamping alias soundtrack buku Gwe. Prosesnya sih sebenarnya nggak sengaja. Guru keyboard Gwe kebetulan sedang menangani seorang artis remaja berbakat yang memilih jalur music jazz, namanya “Ditho Brachmantio”. Gwe coba denger lagu-lagunya Ditho, yang ternyata menarik, dan akhirnya memutuskan bahwa buku Gwe menemukan jodohnya. Di sini Gwe coba mengawinkan buku Gwe, yang berupa kumpulan cerita dewasa dengan cita rasa anak muda, dengan lagu-lagu dari penyanyi remaja, dengan cita rasa musik jazz yang dewasa. Maka Gwe tawarkanlah kerjasama untuk mendampingkan buku dan album lagu ini. Setelah berkonsultasi dengan produser sang artis, Guru Gwe yang juga tergabung dalam management Ditho menyatakan persetujuannya.

Pada prinsipnya, album perdana “Ditho Brachmantio” yang berjudul “Berikan Aku Waktu” ini dijual secara mandiri, terpisah dari buku “Boedjang Lapoek Mentjari Tjinta”. Kalau kalian berkesempatan untuk membeli, coba dengarkan lagu Ditho feat. Dian Prama Putra berjudul “Keraguan” seraya membaca “Boedjang Lapoek Mentjari Tjinta”. Ada keserasian tema di situ, yaitu tentang keragu-raguan seseorang untuk menyatakan cintanya. Lagu-lagu Ditho yang lain pun juga menarik. Dengan suara remajanya yang cenderung agak berat, namun enak didengerin, dibalut alunan music Jazz, terdapat total 10 (sepuluh) lagu dalam album ini. Selain “Keraguan”, judul yang lain adalah “Melayang”, “Biarkan Rasa Ini”, “Andai Saat Yang Indah Kembali”, “Berikan Aku Waktu, “Khayalanku”, “Jeratmu”, “Ratu Dalam Mimpi”, “Jendela Waktu”, Tepis Ragu Itu”. Coba deh dengerin dan nikmatin, seperti halnya Gwe ;)

Download sample lagu “Keraguan” disini:
http://www.4shared.com/audio/1sc0dALA/Ditho_Brachmantio_feat_Dian_PP.htm

Silakan tonton/download Video Clip “Berikan Aku Waktu" di:
http://www.youtube.com/watch?v=uijOt8JdNrA&feature=mfu_in_order&list=UL

Download RBT, i-ring nada tunggu lagu-lagu Ditho:
http://www.tingtung.com/index.php?do=artis_det&band_id=188&band_nm=Dhito+Brachmantio

Untuk lebih mengenal Ditho dan informasi event, silakan kunjungi alamat FaceBook-nya di
:
http://www.facebook.com/pages/Ditho-Brachmantio/145171832180220

Follow Twitter-nya Ditho di:

http://twitter.com/dithobrchmantio

Tidak ada komentar:

Posting Komentar